Januari
07
KOMPAS.com – Orang tua memiliki tugas menyediakan lingkungan belajar untuk anak, dan mendampinginya, tak terkecuali untuk anak balita. Jangan bayangkan anak balita belajar membaca, menulis, menghitung.
Momen belajar balita adalah untuk optimalisasi kognitif,
psikomotorik, dan sosial emosi. Caranya, fasilitasi anak untuk berinteraksi
dengan beragam permainan fisik, baik bermain
sendiri maupun bersama anak lain seusianya.
Menurut psikolog dari Rumah Sakit Ibu Anak Brawijaya, Rika
Ermasari, S.Psi, Ct, CHt, anak akan kehilangan momen belajar jika tidak
mendapatkan fasilitas dan pendampingan
berbagai permainan fisik.
Pola ‘belajar’ yang diterapkan oleh orang tua sebagai lingkungan
pertama bagi anak akan berpengaruh pada perkembangan anak ditahap selanjutnya.
Sebagai contoh, Anna berusia 4,5 tahun mengalami kesulitan dalam memasukkan
sendok ke mulutnya, padahal di sekolahnya diharuskan membawa makanan dan ada
kegiatan makan bersama teman-temannya.
Anna menjadi enggan ke sekolah karena sering diejek temannya.
Atau Adya (3 tahun) mengalami kesulitan dalam bermain bersama temannya setiap
kali dibawa ke tempat bermain selalu berakhir dengan pertengkaran dengan
temannya. Akibatnya Adya tidak punya teman dan kehilangan antusias untuk
bermain bersama. Masalah yang dialami Anna dan Adya ini bisa dihindari dengan
pendampingan tepat orangtua pada anak balita lewat kegiatan bermain.
"Bermain punya peran penting. Anak berbagi rasa. Lewat
permainan juga akan muncul rasa berbagi dan sosial. Anak-anak juga suka
ekspresi wajah, dan ini bisa didapatkan dari bermain termasuk bersama kedua
orangtuanya. Anak usia 12-24 bulan juga bisa marah, dan ia belajar sosial emosi
saat bermain," terangnya saat talkshow kesehatan anak di Jakarta beberapa
waktu lalu.
Ia menjelaskan bermain punya banyak manfaat di antaranya:





Bermain juga ada tahapannya sesuai usia. Pada usia 1-2 tahun,
anak menjalani tahapan Functional Play, yaitu anak belajar menggunakan benda
sesuai kegunaan. Misalnya menggunakan spons untuk membersihkan meja.
Sementara pada usia 2-3
tahun, anak menjalani Constructive Play, yakni anak mulai membuat sesuatu yang
kreatif. Misal menggunakan bantal guling sebagai terowongan atau membangun boks
menjadi rumah.
Serta pada usia 3-4 tahun, anak mulai melakukan Dramatic Play
atau Cooperative Play yaitu pada saat bermain bersama anak lain. Anak mulai
bermain peran sebagai dokter, perawat, juru masak, dan sebagainya termasuk
bermain bersama dengan teman sebayanya.