twitter
rss


Tahukah Anda? Pada umur 2-3 tahun, anak Anda mampu mengenali bermacam-macam warna dalam beberapa tahap. Ini tahapnya!

 1. Mengamati perbedaan

 Contoh: bola kuning berbeda dengan bola biru.

 2. Membandingkan persamaan

 Bola merah sama seperti balok merah dan meja merah, tapi tidak sama dengan kursi putih.

 3. Menamai warna

 Anak menyebut dengan benar bahwa warna hijau adalah ‘hijau’. Untuk pengenalan pertama, berikan warna pokok yaitu merah, kuning, dan biru. Setelah ia menguasainya, berikan warna-warna sekunder seperti jingga, ungu, hijau, putih, dan hitam. Warna-warna lain bisa menyusul kemudian.

 Source : www.parenting.co.id


Selaras dengan perkembangan kemampuan bicara, biasanya pada usia 2-3 tahun anak sudah mulai bisa membedakan warna walau masih sering tertukar. Inilah beberapa cara untuk memperkenalkan warna pada anak dengan benar.

Saran: “Menyanyikan lagu ‘Balonku’.” –Diana M., Jatiasih

Manfaat lain: meningkatkan kecerdasan musik dan kecerdasan kinestetik atau gerak, jika dinyanyikan sambil disertai gerakan.

Cara: bergerak mengikuti irama dan syair lagu. Jangan hanya menyanyi, perlihatkan juga warnanya agar anak mengenal warna yang dinyanyikan.

Saran: “Memainkan bola-bola dan balok warna-warni.” –Anna F. Diponegoro, Cimanggis

Manfaat lain: meningkatkan keterampilan motorik kasar dan motorik halus.

Cara: sebar bola dan balok di ruangan, minta si kecil mengumpulkan satu warna. Dengan demikian dia harus bergerak mengelilingi ruangan. Minta pula anak membuat menara atau lingkaran dari bola dan balok agar jari-jarinya terlatih.

Saran: “Mengajak anak memilih warna baju yang ingin dia pakai.” –Wiwien Prihantini, Kranggan

Manfaat lain: meningkatkan keterampilan membuat keputusan dan mengembangkan rasa percaya diri.

Cara: perlihatkan pula kantung atau kancing, untuk melatih ketelitiannya mengamati detail.
Source : www.parenting.co.id


Bermain pura-pura selalu menjadi permainan favorit anak. Secara alamiah anak memang menyukai permainan ini. Hampir semua anak melakukannya sesuai dengan imajinasi dan daya khayal masing-masing.

“Mamam dulu ya… aaa…” Itulah yang dikatakan Prue (1 tahun 8 bulan) pada bonekanya, Dandelion. Seperti ibu yang baik, ia menyuapi bonekanya, menggendongnya dengan selendang, lalu menidurkannya. Ketika si Mbak berbicara agak keras dengannya, ia langsung meletakkan ibu jarinya di atas bibir. “Sssttt… Mbak jangan berisik. Dandel lagi bobo,” bisiknya. Lain kali, Prue akan pura-pura menjadi dokter dan memeriksa pasiennya. Siapa lagi pasiennya kalau bukan Dandel.

Lingkungan pun besar pengaruhnya karena apa yang menjadi imajinasi si kecil biasanya terinspirasi dari apa yang ia lihat atau amati dari sekelilingnya. Kalau ia memiliki kesan mendalam dengan dokter anak yang sering memeriksanya, misalnya, mungkin ia akan senang berpura-pura jadi dokter dan memeriksa ‘pasien’nya yang tak enak badan.

Selain mengasyikkan, permainan ini juga efektif dalam mendukung kesiapan anak untuk sekolah. Sebuah penelitian terhadap anak dan pengasuh yang sering bermain pura-pura dengan melakukan permainan yang melibatkan bentuk, warna, angka, dan bahkan kosa kata maupun bacaan terbukti bahwa cara imajinatif yang mereka gunakan memberi hasil yang berarti dalam mendukung kemampuan membaca anak. Bermain seperti ini juga baik bagi si pengasuh karena terlibat sebagai mitra penuh dalam proses pengasuhan membuat ia bisa dekat dengan anak yang diasuhnya. 

Menurut Susan Linn, penulis The Case for Make Believe: Saving Play in a Commercialized World, bermain pura-pura sebetulnya lebih dari sekadar permainan anak-anak karena sangat penting bagi perkembangan kreativitas, empati, maupun kemampuan belajar dan memecahkan masalah pada anak.

Dengan bermain pura-pura, anak belajar mengalahkan rasa takut, mengeksplorasi bakat, atau mengembangkan impian dan cita-cita. Saat melakukan permainan ini, ia sekaligus akan mengembangkan inisiatif dan tidak hanya sekadar memberi respon yang pasif. Anak juga akan lebih terlatih untuk memberi respon terhadap sesuatu secara jujur dan apa adanya. Karena itu, dukung dia dan luangkan waktu untuk bermain pura-pura dengannya ya, Ma!

Source : www.parenting.co.id


Rasanya lelah sekali, keluh Sisca, dari Cikeas, Bogor. Perjalanan pulang kantor yang luar biasa macet membuatnya ragu apakah ia masih sanggup untuk mendongeng bagi Anjani (4) buah hatinya, malam ini. Itulah dilema para mama bekerja. Tapi melewatkan kesempatan mendongeng untuk balita Anda? Sebaiknya pertimbangkan kembali, Ma.

Tak hanya sekadar cerita pengantar tidur yang menghibur, dongeng juga bisa menjadi sarana yang ajaib untuk menanamkan benih kebaikan sejak kecil. Jadi, dalam setiap cerita, Anda bisa menyisipkan pelajaran tentang apa yang baik dan yang jahat, serta apa yang benar dan tidak benar. Tak berlebihan kalau ada yang mengatakan, bagi anak-anak, apa yang ia dengar, itulah yang akan ia yakini.

Jadi, biarkan ia selalu mendengar dongeng yang tepat dari Anda, Ma. Bertahun-tahun kelak, Anda akan melihat keajaiban dongeng yang Anda perdengarkan untuknya sebagai penebar benih kebaikan.

Saran berikut mungkin akan memudahkan Anda dalam mendongeng:

- Awali dengan gambaran yang menarik. Apa yang dilihat sang putri di atas menara itu? Mengapa ada cahaya berkelap-kelip dari sana? Bagaimana kelelawar itu bisa terbang tanpa suara? Seperti apa keindahan dan keharuman bunga-bunga mawar yang ada di gerbang puri? Tak perlu waktu lama, si kecil Anda sudah akan terbawa dalam imajinasi cerita yang Anda kisahkan.

- Bawa ia ke dalam jalinan cerita yang seru. Di sinilah Anda bisa menyisipkan pelajaran tentang nilai-nilai, seperti berbagi, membantu orang lain, menjaga kejujuran, bersikap ramah dan baik hati, mengucapkan terima kasih, dll. Di bagian ini pula Anda bisa menunjukkan padanya bahwa di dalam kehidupan akan ada ‘masalah’, namun semua itu pasti ada jalan keluarnya.

- Berikan akhir cerita yang bahagia. Anak suka akhir cerita yang bahagia dan kesal atau penasaran jika akhir ceritanya tidak bahagia. Biarkan ia terlelap dalam mimpi yang indah dan tidak diganggu rasa gelisah.

Mudah kan, Ma? Jangan lewatkan kesempatan mendongeng untuknya, ya. Ia pasti akan suka kok, mendengar cerita tentang apapun selama Anda yang mengisahkan untuknya.

Source :www.parenting.co.id


Adakah bagian tubuh tertentu di tubuh Anda yang tidak Anda sukai? Jika ada, jangan pernah menunjukkannya di depan anak, ya, Ma. Batita Anda bisa mendapatkan petunjuk yang salah tentang nilai dirinya.

Ia bisa saja ikut merasa bahwa dirinya jelek dan tidak menarik karena berkaca pada ketidaksukaan Anda. Ingat, Ma, anak mengambil petunjuk tentang nilai-nilai dari apa yang ia lihat dari orang-orang di sekitarnya.

Lakukan langkah berikut untuk menanamkan nilai-nilai positif ke dalam diri anak:

• Arti cantik yang sebenarnya
Ajari anak bahwa arti ‘cantik’ itu jauh lebih luas dari sekadar penampakan fisik perempuan cantik yang selama ini biasa ia lihat, misal berkulit putih, bertubuh langsing, berambut panjang, dsb. Anda bisa tunjukkan padanya aneka bunga, binatang, lukisan, atau apa saja yang Anda pikir cantik. Kemudian, ajak juga si kecil untuk menemukan hal lain yang ia anggap cantik dari benda-benda di sekitarnya.

• Tingkatkan nilai emosional IQ-nya
Cobalah untuk memperluas kosa kata yang menggambarkan kondisi emosional si kecil, misal menggunakan kata ‘kecewa’ atau ‘frustasi’ untuk menggantikan ‘marah’ atau ‘sedih’. Dengan si kecil berkata ‘Saya merasa frustasi’, atau ‘Saya kecewa’, ia belajar untuk tidak bingung membedakan antara emosi dengan kondisi dirinya.

Ia mungkin sedang merasa sedih, terhina, atau malu, tapi ia akan mengerti bahwa perasaannya saat itu tidak membuat ia menjadi tampak buruk, gemuk, atau jelek.

Source : www.parenting.co.id



KOMPAS.com - Azka Qinthara (3) tengah gandrung meniru apapun yang terlihat olehnya di layar kaca, khususnya adegan orang sedang bermain gitar. Jadilah, setiap memegang benda apapun yang dipegang lantas disulapnya menjadi gitar dan mengubahnya menjadi seorang gitaris.
Bukan hanya Azka, banyak lagi balita berlaku serupa. Tidak usah heran, apalagi khawatir selama Anda sebagai orang tua bisa mengawasi dan mengarahkan. Karena pada akhirnya, ada berbagai macam benda atau mainan dan permainan yang bisa berguna membantu kecerdasan balita Anda.
Hal tersebut seperti dikemukakan oleh Muhammad Rizal, Psi, di acara Smart Parents Conference bertajuk 'Aneka Permainan yang Mencerdaskan Anak' yang diselenggarakan oleh Tabloid Nakita di Jakarta, Sabtu (25/7). Menurutnya, pada saat ini kecerdasan anak sudah sedemikian maju dan kompleks, sehingga membutuhkan stimulasi yang lebih untuk mengembangkan mereka.
"Usia anak sudah mulai bisa berkomunikasi dalam bentuk percakapan sederhana dan sudah memiliki kemampuan pemecahan masalah dan ini saat yang tepat untuk mengembangkan kepercayaan dirinya," ucapnya.
Judul Baru
Terutama balita, bermain memang kesukaan semua anak, baik perempuan maupun laki-laki. Dan sebagai orang tua, sudah semestinya kita dapat memilih mainan untuk mereka.
Namun, ada baiknya bukan semata mainan yang mereka sukai, tetapi usahakan mainan yang sekaligus bisa untuk mendidik pertumbuhan kecerdasannya. Seperti apa saja permainan atau mainannya, simak berikut ini:
- Musik membantu perkembangan otak balita. Namun, lantaran itu Anda tak perlu secara khusus mengajarnya memainkan gitar. Anda cukup membelikannya gitar ukuran kecil untuk anak-anak dan kaset atau CD lagu anak-anak yang disukainya.
- Jika tidak dengan sepeda roda tiga, gunakan balok kayu yang ditaruh di atas permukaan tanah. Ajak balita Anda berjalan di atasnya, selain bisa untuk melatih keseimbangan, permainan balok keseimbangan (balance beam) ini juga sangat berguna untuk menempa saraf motoriknya
- Di usia 3 tahun anak bukan lagi bisa bermain tangkap atau lempar bola, tapi sudah bisa memainkanya sebagai permainan laiknya orang dewasa. Fokus pada sesuatu, kepatuhan, serta kepercayaan diri akan menjadi gol yang menarik dari permainan ini bersamanya.
- Panjat tangga atau perosotan dan petak umpet merupakan permainan sederhana tetapi sangat baik untuk balita, karena bukan saja bisa membuatnya riang melainkan juga untuk melatih fokus, konsentrasi, dan daya refleksnya.

Tips Membeli Mainan
Kini, semakin banyak variasi mainan anak bisa ditemukan di berbagai pusat belanja dan toko mainan. Bukan hanya dari produk lokal Indonesia, bahkan impor pun kian membanjiri pasar mainan anak.
Untuk itu, kini semakin tidak bisa sembarang memilih mainan. Karena, belum tentu mainan-mainan tersebut bermanfaat dan cocok untuk anak Anda, sebab belum tentu semua mainan edukatif dan membantu mengembangkan kecerdasan balita Anda.
Nah, bagaimana memilih mainan anak yang edukatif dan aman untuknya di toko-toko mainan yang keberadaannya kian semudah membalik telapak tangan?

- Untuk kenyamanan dan keselamatan balita Anda, sangat penting untuk memerhatikan label mainan satu per satu. Tanpa keterengan tersebut, Anda tidak bisa mengetahui, apakah mainan itu bisa direkomendasikan atau cocok untuk usia balita Anda
- Pilih mainan yang tidak mudah rusak atau copot, hal ini juga untuk keamanan balita Anda agar tidak melukai dirinya saat bermain
- Buku cerita yang penuh aneka gambar dan warna juga mainan menarik untuk anak. Dengan mengenalkan dan menambah kosa kata baru untuknya, kemampuan Anda mengolah cerita di buku tersebut akan melatihnya secara tak langsung mengenal huruf
- Main rumah-rumahan di tempat tidur? Ini paling sering dilakukan oleh anak, maka itulah jangan Anda melarangnya. Biarkan anak Anda menyusun bantal, guling, selimut seolah-olah tengah membuat bangunan rumahnya sendiri. Untuk mendukung mainan barunya itu, kini banyak toko mainan menawarkan balok dan rumah-rumahan dari plastik dengan ukuran besar dan kecil, tergantung kebutuhan dan usia anak.
- Untuk melatih otaknya berpikir logis dan membiasakannya menyesaikan sebuah masalah, ajak balita Anda memainkan jigsaw puzzle dengan ukuran yang tidak terlalu kecil untuknya.

sumber: kompas.com


Di salah satu sudut ruangan seorang gadis kecil duduk sambil menangis sendu. Aku mendekati dirinya, namun si kecil ini tetap menangis. Ku ulurkan tanganku meraih tangan mungilnya. Dia menatapku, bola matanya yang penuh keluguan seolah mengisyaratkan berjuta cerita, cinta dan penuh misteri. Aku membalas tatapan wajah itu dengan sebuah senyuman, aku meraihnya dan memeluknya.

“Gadis kecil kenapa kau menangis?”

Dia tetap membisu yang terdengar hanya tangis kecilnya.

Tanganku meraih wajahnya, dengan hati-hati ku tatap matanya dan aku memegang muka yang penuh keluguan itu seraya membetulkan posisi jilbabnya yang sedikit miring.

“Bu Fida, apa Ais adalah anak yang bodoh, apa Ais anak nakal? Kenapa bundaku sering mengatakan kalau Ais anak yang nakal dan bodoh?”

Aku tersenyum.. ” Ais bukan anak nakal juga bukan anak bodoh, Ais anak sholihah dan anak cerdas.. dan Bu Fida yakin, Ais akan menjadi orang yang hebat.

“Benarkan itu Bu Guru?” tanya Ais dengan penuh semangat

“InsyaAllah” jawabku

“Asalkan Ais mau belajar giat mulai sekarang, dan mau berjanji dua hal pada bu guru”

“Apa Itu Bu”

“Ais harus berjanji agar senantiasa menjadi hamba Allah yang mencintai Allah dan Rasulullah, baik dalam keadaan senang maupun sedih.. terus berjanji agar Ais belajar menjadi anak yang berbakti kepada orang tua.. Apa Ais bisa?

Dengan air muka bahagia Ais menjawab ” InsyaAllah Bu Guru”

Akupun mengantarkan Ais pulang kerumahnya.

Di sana seorang ibu muda cemas menunggu kedatangan buah hatinya, air mukanya menunjukkan penyesalan terhadap apa yang telah katakan kepada buah hatinya.

Di peluknya putri kecilnya tsb dan kemudian mengantarkanya ke kamarnya, sedang aku di persilahkan masuk ke rumahnya. Ibu muda tersebut, menceritakan banyak hal tentang putrinya dan kenapa dia sampai mengatakan putrinya bodoh dan nakal sehingga sikap Ais sering dianggapnya mengganggunya terlebih disela-sela kesibukkannya sebagai wanita karir.

“Ibu.. Di dunia ini tak ada namanya anak yang bodoh ataupun nakal” jawabku, “yang ada adalah anak yang belum di ketahui kemampuan untuk di asah lebih dalam. Bahkan kenakalan yang ibu katakan itu hanya sebuah kamuflase agar dia mendapatkan perhatian lebih dari Anda..”

“Memiliki kemampuan yang berbeda dari apa yang kita harapkan bukan berarti dia tidak berbakat, kita hanya membutuhkan kesabaran agar lebih pro aktif mencari dan menggali bakat terpendamnya, bukanlah sesuatu yang bijak bila kita memaksa kehendak kita karena belum tentu kebutuhan kalian sama.. Jadi tolong hargailah itu.”

Ibu muda tersebut terdiam..

“Sebaiknya apa yang harus saya lakukan untuk memperbaikinya”

“Banyaklah membaca karena bagaimanapun dunia kita dulu berbeda dengan kebutuhan si kecil karena kita hidup dengan rentang waktu yang beda. Jalinlah komunikasi yang efektif dengan si kecil supaya kalian bisa saling memahami kebutuhan dan harapan di antara kalian. Terakhir berdo’alah dan jemputlah pertolongan Allah.. insyaAllah semuanya menjadi lebih baik. Maaf bu, saya pamit dulu karena sudah sore..”
Sumber : Renungan N Kisah Inspiratif



Sebagai orang tua, tentunya kita menginginkan anak bisa tumbuh cerdas dan memiliki masa depan yang cerah.

Inilah yang menyebabkan kita selektif memilih permainan bagi anak atau balita. Apalagi, menurut berbagai ahli perkembangan anak, pada masa Golden Period yang berlangsung pada usia balita, otak anak sedang berkembang dengan pesat. Jadi, masa-masa ini adalah saat yang tepat untuk memberi stimulasi positif kepada anak.

Apa, sih, stimulasi otak itu?
Sebenarnya sederhana saja bunda, stimulasi otak adalah kegiatan yang dilakukan untuk merangsang otak anak bekerja dan berproses secara positif. Nah, karena pada masa Golden Period kegiatan yang paling digemari anak adalah bermain, maka sudah sepatutnya kita menstimulasi dengan rangsangan positif dari beragam permainan.

“Bermain tidak hanya melatih perkembangan fisik, tetapi juga otak/intelektual. Stimulasi otak yang terjadi saat anak bermain akan mengembangkan aspek-aspek kognitif seperti kemampuan memecahkan masalah anak, kemampuan bahasa, asah logika, serta
konsep-konsep dasar lainnya yang juga diajari di sekolah. Tidak hanya itu, permainan yang dilakukan bersama keluarga dapat meningkatkan kepercayaan dan ikatan di antara anak dan orangtua.” pendapat Ibu Lely Tobing, pakar PAUD dan praktisi Brain Gym.

Beliau melanjutkan, banyak aktivitas menyenangkan yang dapat dilakukan bersama anak; mulai dari bermain lempar tangkap bola, bersepeda disekitar rumah, menggambar bersama, bermain sepak bola, atau bahkan berkebun bersama. Selain itu, alat permainan
pun bisa menjadi pilihan yang baik saat santai di rumah.

“Tapi ingat! Kita harus bisa selektif, bukan membatasi! Nah, yang saya maksud dengan selektif adalah pemilihan jenis permainan yang menarik, namun edukatif dan dapat merangsang perkembangan kognitifnya,” papar Ibu Lely.

Oleh karena itu, Ibu Lely kerap mengakhiri sesi praktek Brain Integrated Gym ® pimpinannya dengan menyarankan orang tua untuk memilih permainan yang bersifat edukatif. “Untuk anak usia dini, akan lebih baik jika si Kecil diberikan permainan yang memang dirancang untuk mengolah otaknya, seperti alat permainan edukatif yang tersedia dalam berbagai macam bentuk” lanjut Ibu Lely.

Pendapat ini ternyata didukung oleh Alvin Rosenfeld, profesor pendidikan anak Universitas Stanford. Menurutnya, mainan yang dirancang baik dan dan sesuai untuk anak usia dini dapat bantu kembangkan proses kognitif otaknya. Misalnya melalui permainan
mencocokkan bentuk yang dapat melatih si kecil mengenali bentuk dan ukuran. Begitu juga bermain balok-balok kayu untuk melatih si kecil mengkoordinasi gerak motorik dan keseimbangannya.

Dr. Alvin Rosenfeld lebih jauh lagi berpendapat bahwa hal serupa juga ditemui pada permainan board games yang menantang si kecil untuk memecahkan masalah sederhana. Seperti mencari perbedaan pada sebuah gambar, atau mencari jalan keluar dari sebuah
gambar labirin. Melalui aktivitas-aktivitas ini, otak si Kecil pun didorong untuk mencari solusi yang dibutuhkan. Sehingga, proses perkembangan kognitifnya pun berjalan dengan baik!

“Pada intinya, bermain adalah stimulasi yang baik bagi perkembangan anak. Sebaiknya, balita  dapat diajak bermain sejak dini karena setiap tahapan perkembangan akan mempengaruhi sebaik apa pertumbuhannya. Selain bantu optimalkan proses kognitifnya, bermain dapat membuat anak lebih mandiri dan gembira dengan dirinya”, tutup Ibu Lely.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai permainan olah otak untuk anak, yuk lihat info lengkapnya disini. (WEBTORIAL)


KOMPAS.com – Orang tua  memiliki tugas menyediakan lingkungan belajar untuk anak, dan mendampinginya, tak terkecuali untuk anak balita. Jangan bayangkan anak balita belajar membaca, menulis, menghitung.

Momen belajar balita adalah untuk optimalisasi kognitif, psikomotorik, dan sosial emosi. Caranya, fasilitasi anak untuk berinteraksi dengan beragam permainan fisik, baik bermain sendiri maupun bersama anak lain seusianya.

Menurut psikolog dari Rumah Sakit Ibu Anak Brawijaya, Rika Ermasari, S.Psi, Ct, CHt, anak akan kehilangan momen belajar jika tidak mendapatkan fasilitas dan pendampingan  berbagai permainan fisik. 

Pola ‘belajar’ yang diterapkan oleh orang tua sebagai lingkungan pertama bagi anak akan berpengaruh pada perkembangan anak ditahap selanjutnya. Sebagai contoh, Anna berusia 4,5 tahun mengalami kesulitan dalam memasukkan sendok ke mulutnya, padahal di sekolahnya diharuskan membawa makanan dan ada kegiatan makan bersama teman-temannya.

Anna menjadi enggan ke sekolah karena sering diejek temannya. Atau Adya (3 tahun) mengalami kesulitan dalam bermain bersama temannya setiap kali dibawa ke tempat bermain selalu berakhir dengan pertengkaran dengan temannya. Akibatnya Adya tidak punya teman dan kehilangan antusias untuk bermain bersama. Masalah yang dialami Anna dan Adya ini bisa dihindari dengan pendampingan tepat orangtua pada anak balita lewat kegiatan bermain.

"Bermain punya peran penting. Anak berbagi rasa. Lewat permainan juga akan muncul rasa berbagi dan sosial. Anak-anak juga suka ekspresi wajah, dan ini bisa didapatkan dari bermain termasuk bersama kedua orangtuanya. Anak usia 12-24 bulan juga bisa marah, dan ia belajar sosial emosi saat bermain," terangnya saat talkshow kesehatan anak di Jakarta beberapa waktu lalu.

Ia menjelaskan bermain punya banyak manfaat di antaranya:
*      Membantu mengerti tentang lingkungan sekitar.
*      Mendorong anak untuk belajar memecahkan masalah.
*      Membantu anak mengembangkan kreativitas.
*      Mengembangkan kemampuan sosialisasi dan komunikasi pada anak.
*      Meningkatkan kesehatan tubuh.

Bermain juga ada tahapannya sesuai usia. Pada usia 1-2 tahun, anak menjalani tahapan Functional Play, yaitu anak belajar menggunakan benda sesuai kegunaan. Misalnya menggunakan spons untuk membersihkan meja.

 Sementara pada usia 2-3 tahun, anak menjalani Constructive Play, yakni anak mulai membuat sesuatu yang kreatif. Misal menggunakan bantal guling sebagai terowongan atau membangun boks menjadi rumah.

Serta pada usia 3-4 tahun, anak mulai melakukan Dramatic Play atau Cooperative Play yaitu pada saat bermain bersama anak lain. Anak mulai bermain peran sebagai dokter, perawat, juru masak, dan sebagainya termasuk bermain bersama dengan teman sebayanya.



Rasulullah SAW adalah teladan umat muslim sedunia yang merupakan insan yang paling sempurna akhlaknya. Sehingga dikatakan bahwa beliau Rasul adalah al-Qur'an berjalan. Setiap orang tua pastinya menginginkan anaknya menjadi insan yang shaleh dan berpendidikan. yang menjadi permasalahannya adalah "Bagaimana cara Rasulullah mendidik anaknya agar menjadi baik dan benar???". Berikut ini merupakan salah satu contoh yang mungkin bisa menjadi teladan buat kita semua. Yaitu cara-cara mendidik anak yang dilakukan oleh Rasululah Nabi Muhammad SAW. Banyak orangtua yang tidak begitu memperhatikan pendidikan agama pada anak-anaknya sehingga mereka hidup tanpa tuntunan. Padahal agama memberikan panduan lengkap mendidik anak. Nah, lewat tulisan ini saya akan memberikan gambaran jelas tentang cara mendidik anak ala Rasullulah SAW. Semoga menjadi Kisah teladan yang bermanfaat bagi kita semua.

Anak ibarat kertas putih, yang bisa ditulis dengan tulisan apa saja. Peran orangtua sangatlah vital. Karena melalui orangtualah, anak akan menjadi manusia yang baik atau tidak.Rasulullah SAW, sebagai teladan paripurna, telah memberikan tuntunan bagaimana mendidik dan mempersiapkan anak. Dan hal yang paling penting adalah keteladanan dalam melakukan hal-hal yang utama. Inilah yang harus dilakukan orangtua. Bukan hanya memerintah dan menyalahkan, tapi yang lebih penting adalah memberikan contoh konkret. Secara simultan hal itu juga harus ditopang oleh lingkungan, pergaulan, dan masyarakat.

Pendidikan Islam benar-benar telah memfokuskan perhatian pada pengkaderan individu dan pembentukan kepribadian secara Islami. Semua itu dilakukan dengan bantuan lembaga-lembaga pendidikan Islam di dalam masyarakat tempat ia tinggal. Dan lembaga pendidikan Islam paling dini adalah orangtua dan keluarga, yang berperan sebagai madrasah pertama dalam kehidupan individu.
Selain itu juga masjid, sebagai lembaga agama yang berperan mendidik individu dalam meningkatkan kualitas iman kepada Allah SWT dan menumbuhkan perilaku baik di dalam dirinya. Juga sekolah, sebagai lembaga pendidikan yang berperan membekali individu dengan keterampilan-keterampilan yang harus dimiliki dalam kehidupan ini.

Seorang anak menjalankan seluruh kehidupannya di dalam lingkungan keluarga, maka keluarga sangat bertanggung jawab dalam mengajari anak tentang berbagai macam perilaku Islami. Keluarga juga bertanggung jawab untuk membekali anak dengan nilai-nilai pendidikan sosial yang baik.

Yang harus diperhatikan dan sangat penting dalam kehidupan anak yaitu pendidikan aqidah, lalu pendidikan rukun iman, pendidikan ibadah, dan pendidikan akhlaq. Sangat penting diajarkan kepada anak bahwa sebaik-baik manusia adalah mereka yang mempunyai akhlaq yang mulia. Dan itu juga ditopang dengan contoh yang mereka temukan di dalam keluarga dan lingkungan.

Setiap anak muslim hendaknya diajari untuk selalu berakhlaq baik, seperti sikap ihsan, amanah, ikhlas, sabar, jujur, tawadhu, malu, saling menasihati, adil, membangun silaturahim, menepati janji, mendahulukan kepentingan orang lain, suci diri, dan pemaaf.

Akhlaq yang baik merupakan fondasi dasar dalam ajaran Islam. Dan akhlaq yang baik diperoleh dengan berjuang untuk menyucikan jiwa, mengarahkannya untuk berbuat , dan menjauhkan diri dari perbuatan dosa dan maksiat. Oleh karena itu perbuatan ibadah tidak lain merupakan sarana untuk mencapai akhlaq yang baik. Dalam hal ini Rasulullah SAW adalah contoh yang paling baik, teladan yang paripurna, dunia akhirat.

Allah SWT berfirman; “Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS Al Qalam:4).

Rasulullah SAW bersabda; “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq.” (HR Al-Bukhari).

• Ihsan
Ihsan adalah perbuatan manusia dalam melaksanakan seluruh ibadahnya secara baik dan menjalankannya secara benar. Perbuatan ihsan juga terdapat dalam bentuk interaksi dengan siapa pun makhluk Allah SWT. Ihsan mempunyai beberapa pengertian: Bersungguh sungguh dalam belajar dan profesional dalam bekerja. Membalas keburukan orang-orang yang berlaku salah dengan kebaikan atau menerima permintaan maaf dari mereka. Menjauhkan diri dari perilaku balas dendam dan memendam amarah (Setiap anak didik harus belajar memaafkan orang lain dan memberikan nasihat yang baik dengan penuh hikmah). Mengikuti jejak langkah Rasulullah SAW dalam memiliki nilai moral yang tinggi dan menjadikannya contoh utama dalam kehidupan ini.

Sebagaimana firman Allah SWT, “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemunkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (OS An-Nahl: 90).

Rasulullah SAW juga bersabda, “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan berbuat balk dalam berbagai hal. Seandainya kalian membunuh, bunuhlah dengan cara yang baik; dan seandainya kalian menyembelih, sembelihlah dengan cara yang baik. Hendaknya salah seorang di antara kalian mempertajam mata pisaunya dalam membunuh binatang sembelihannya.” (HR Muslim).

• Amanah
Amanah adalah menyampaikan hak hak kepada orang yang memilikinya tanpa mengulur-ulur waktu. Sikap amanah dalam dunia ilmu pengetahuan berarti belajar dengan tekun dan rajin, sedangkan sikap amanah dalam berinteraksi dengan sesama manusia adalah dengan menjaga rahasia-rahasia mereka.
Sebelum Rasulullah SAW menjadi nabi, masyarakat Jahiliyah yang hidup di sekitar Rasulullah SAW selalu menjuluki beliau dengan kata-kata Al-Amin, “orang yang terpercaya”. Itu karena para rasul memang memiliki sikap amanah, begitu pula dengan hamba-hamba Allah yang shalih.

Allah SWT berfirman dalam surah An-Nisa, “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya.”

Rasulullah SAW bersabda, “Jadilah kalian orang yang amanah bagi orang orang yang telah mempercayaimu, dan janganlah kalian mengkhianati orang yang mengkhianatimu.” (HR Daraquthni).

• Ikhlas
Seorang anak harus diajari untuk berbuat ikhlas, baik dalam melaksanakan pekerjaannya maupun proses belajarnya. Semua itu harus mereka laksanakan dengan ikhlas, demi mendapatkan ridha Allah SWT. Jangan sampai perbuatan tersebut dilandaskan pada sifat munafik, riya’, atau hanya mendapatkan pujian dari orang-orang.

• Sabar
Seorang anak harus belajar bahwa kesabaran adalah mendapatkan sesuatu yang tidak disenangi dengan jiwa yang lapang dan bukan dengan kemarahan atau keluhan. Sikap sabar dapat termanifestasi melalui sikap, baik dalam melaksanakan ibadah maupun muamalah, serta menjauhkan diri dari perbuatan dosa dan maksiat.

Oleh karena itu seorang mualim yang sabar akan menerima hal buruk dan siksaan terhadap dirinya dengan sikap yang tetap sabar.

Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu, dan tetaplah bersiap siaga di perbatasan negerimu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” (QS Ali Imran: 200).

Pada ayat yang lain Allah SWT berfirman, “Sesugguhnya hanya orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala tanpa batas.” (QS Az-Zumar: 10).

Rasulullah SAW bersabda, “Betapa menakjubkannya perkara orang-orang beriman, segala perkara mereka baik, dan hal itu tidak didapatkan kecuali oleh orang beriman. Apabila mendapatkan kebahagiaan, ia akan bersyukur dan itu adalah hal yang terbaik bagi dirinya. Begitu pula apabila ditimpa kesedihan, ia akan bersabar dan hal itu adalah yang terbaik bagi dirinya.” (HR Muslim).

• Jujur
Dalam menjalankan ibadah, muamalah, baik dalam bentuk perkataan maupun perbuatan, seorang mualim hendaklah berlaku jujur,hanya untuk mengharapkan ridha Allah SWT.

Seorang anak hendaknya diajarkan untuk memiliki sifat jujur, baik di dalam perkataan maupun perbuatannya, sehingga setiap ucapan yang keluar dari mulutnya sesuai dengan realitas yang ada. Tidak berbohong di hadapan orang lain, karena sifat bohong adalah satu ciri orang munafik.

Sifat jujur akan mendatangkan keberkahan dalam rizqi serta dapat membantu seseorang mualim untuk meraih nurani yang tenteram dan jiwa yang damai.

Allah SWT berfirman dalam AlQuran, “Di antara orang-orang mukmin itu ada orang yang menepati apa yang mereka janjikan kepada Allah, maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada pula yang menunggu-nunggu, dan mereka sedikit pun tidak mengubah janjinya.” (QS AlAhzab: 23).

Rasulullah SAW bersabda, “Hendaknya kalian berlaku jujur. Karena kejujuran akan menunjukkan seseorang pada perbuatan baik, dan perbuatan baik akan membawa seseorang kepada surga.
Seseorang yang memiliki sifat jujur dan terus mempertahankan kejujurannya, di sisi Allah akan tercatat sebagai orang yang jujur. Dan hendaknya kalian menjauhkan diri dari sifat bohong. Karena kebohongan akan menyeret seseorang pada dosa, dan dosa akan mengantar manusia ke pintu neraka. Seseorang yang berbuat bohong dan masih terus melakukan kebohongan, di sisi Allah akan tercatat sebagai pembohong.” (HR Muslim).

• Tawadhu’
Seorang anak hendaknya diajari bahwa tawadhu’ atau rendah hati hanya dapat dicapai dengan menjauhkan diri dari sifat sombong di hadapan hamba Allah yang lain. Jalinlah hubungan dengan fakir miskin, karena doa mereka mustajab. Dan bergaullah dengan baik dengan siapa saja.

Usahakan untuk menjauhkan diri dari sikap angkuh, mengagung-agungkan diri, baik dengan memperlihatkan harta, mahkota, maupun ilmu pengetahuan. Jangan suka dengan puji-pujian yang berlebihan atau penghormatan di luar batas.

Salah satu sikap tawadhu’ Rasulullah SAW, beliau sangat tidak suka orang-orang memberikan pujian kepada beliau atau berdiri untuk memberi penghormatan kepada beliau. Tidak hanya itu, Rasulullah SAW juga tidak pernah membedakan diri beliau dengan para sahabat beliau sehingga beliau pun mengerjakanapa yang para sahabat kerjakan. Rasulullah pun terbiasa bercanda dengan para sahabat, mendatangi mereka, bermain dengan putra-putra mereka, dan memulai untuk mengucapkan salam atau menjabat tangan para sahabat terlebih dahulu.

Allah SWT berfirman dalam surah Al Furqan: 63, “Dan hamba-hamba yang baik dari Tuhan, Yang Maha Penyayang, adalah orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati; dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung keselamatan.”

Begitu juga dalam firman lainnya. “Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di muka bumi. Dan kesudahan yang baik itu adalah untuk orang-orang yang bertaqwa.” (QS Al-Qashash: 83).

• Malu
Seorang anak hendaknya diajari bahwa malu adalah bagian dari iman, yang dapat mendekatkannya pada kebaikan dan menjauhkan dari keburukan.

Sikap malu akan mencegah seorang mualim untuk melakukan perbuatan dosa. Selain itu juga akan menjadikan seorang mualim untuk berbicara benar dalam berbagai kondisi. Rasulullah SAW adalah orang yang,sangat pemalu, sehingga beliau tidak pernah berbicara kecuali yang baik-baik saja.
Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa tidak memiliki rasa malu, maka ia tidak memiliki keimanan.” (HR Bukhari Muslim).

• Saling Menasihati
Seorang anak hendaknya diajari bahwa nasihat adalah perkataan yang tulus, terlepas dari maksud-maksud tertentu ataupun hawa nafsu. Maka seorang mualim hendaknya memberikan nasihat kepada mualim lainnya. Karena nasihat dapat melepaskan seseorang dari api neraka. Sering memberi nasihat juga bagian dari akhlaq para nabi dan rasul.

Allah SWT berfirman dalam surah Al-Ashy ayat 3, “Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan aural shalih dan nasih-menasihati supaya menetapi kesabaran.”

Rasulullah SAW juga bersabda, “Agama adalah sebuah nasihat.”

Para sahabat bertanya, “Bagi siapa, wahai Rasulullah?”

Rasulullah menjawab, “Bagi (milik) Allah, para rasul, dan seluruh kaum mualimin.” (HR Muslim).

• Adil
Seorang anak haruslah diajari bahwa keadilan adalah sifat utama, yang mana seseorang menempatkan sesuatu pada tempatnya. la haruslah menjunjung tinggi sifat kebenaran dan membela mereka yang terzhalimi.

Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Allah SWT menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan….” (QS An-Nahl: 90).

Rasulullah SAW bersabda, “Orang orang sebelum kalian telah hancur; karena apabila mereka yang terhormat mencuri, mereka akan membiarkannya, tetapi apabila ada orang lemah yang mencuri, mereka menerapkan hukum kepadanya.” (HR Al-Bukhari).

• Membangun Silaturahim
Silaturahim adalah berbakti dan berbuat baik kepada orangtua serta kaum kerabat. Di samping itu juga menjaga hak-hak para tetangga dan orangorang lemah. Semua itu dilakukan untuk mempererat ikatan hubungan di antara keluarga dan untuk menumbuhkan rasa cinta di antara manusia. Yang termasuk dalam bagian silaturahim adalah berlaku baik dan sopan ketika bertemu dengan kaum kerabat, serta menyambut kedatangan mereka dengan suka cita.

Silaturahim juga dapat diartikan sebagai mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui cara mengikatkan tali kekeluargaan, menyambut kedatangan para tetangga dengan suka cita, dan menampakkan wajah senang ketika bertatap muka dengan mereka.

Tidak hanya itu, silaturahim juga dapat termanifestasi melalui menjenguk orang yang sakit, dan membantu meringankan beban mereka.

Allah SWT berfirman, “Dan orangorang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk.” (QS Ar-Ra’d: 21).

• Menepati Janji
Tanamkan rasa percaya kepada anak bahwa menepati janji yang telah dibuatnya merupakan salah satu tanda orang beriman, dan Allah SWT menyukai hal itu. Kalau ia tidak mampu menepatinya, ajarkan pula untuk minta maaf.

Menyalahi janji termasuk dalam kategori perbuatan hina, karena perbuatan itu hanya akan menghilangkan kepercayaan dan rasa hormat.

Tidak hanya itu, perbuatan tersebut juga akan melahirkan kemurkaan Allah. Allah SWT berfirman, “Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti dimintai pertanggungjawabannya.” (QS Al-Isra: 34).

• Mendahulukan Kepentingan Orang Lain
Ikhlas berkorban dan mendahulukan kepentingan orang lain termasuk dalam perbuatan-perbuatan yang utama dalam ajaran Islam. Sikap ini terimplementasi dalam bentuk mencintai orang lain, melayani kebutuhan kaum mualimin, berkorban demi kepentingan mereka, dan memiliki keyakinan bahwa ikatan persaudaraan dalam Islam dan mendahulukan kepentingan sesama saudara mualim merupakan akhlaq mulia.

Oleh karena itu marilah bersegera melaksanakan perbuatan wajib demi mendapat ridha Allah SWT tanpa harus menunggu ucapan terima kasih. Dan mulailah mendahulukan kepentingan orang lain, karena sifat itu dapat membebaskan seorang mualim dari sifat egois.

Allah SWT berfirman, “Dan mereka mengutamakan (orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka memerlukan spa yang mereka berikan itu. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang yang beruntung.” (QS Al-Hasyir: 9).

Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah beriman seseorang sebelum mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri.”

Mari kita ajarkan kepada anak-anak kita untuk berkasih sayang dengan sesama, terutama kepada orang-orang lemah dan tertindas. Tidak merendahkan atau menyakiti, apalagi mencela mereka. Hendaklah kita selalu bersikap lemah lembut kepada makhluk Allah yang lain. Kasih sayang akan mendatangkan cinta dan menyatukan hati. Sikap keras hanya akan memisahkan hati dan menumbuhkan kebencian.

Marilah kita membiasakan diri untuk meminta maaf kepada orang lain, memberikan pertolongan dan manfaat untuk sesama dan menjadikan Rasulullah SAW sebagai suri tauladan.

Allah SWT berfirman, “Dan dia termasuk orang-orang yang beriman dan sating berpesan untuk berkasih sayang….” (QS Al-Salad 17).

Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa tidak mengasihi, maka tidak akan dikasihi.” (HR Bukhari Muslim).

• Suci Diri
Islam adalah agama yang mengajarkan kebersihan. Islam sangat menganjurkan kepada setiap individu mualim agar selalu menjaga kebersihan badan, pakaian, dan tempat tinggal masingmasing.

Seorang mualim hendaknya menyucikan diri dari najis dan kotoran yang menempel pada pakaian atau badan, karena ketika menghadap Allah SWT seseorang diharuskan bersuci. Ajaran Islam menganjurkan mempergunakan pakaian yang bersih dan yang terbaik untuk bersujud menghadap Allah SWT.

Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, basuhlah mukamu dan tanganmu sampai siku, dan sapulah kepalamu, dan basuhlah kakimu sampai dengan kedua mata kaki; dan jika kamu junub, mandilah.” (QS AI-Maidah: 6).

• Pemaaf
Sifat utama lain yang kita ajarkan kepada anak-anak adalah murah hati, pemaaf, dan berani karena benar.

• Pengetahuan ihwal Akhlaq yang Buruk
Kita juga harus memberi tahu kepada anak-anak kita ihwal akhlaq yang buruk. Diharapkan dengan pengetahuan itu anak-anak bisa menghindar dari hal tersebut.

Sifat yang jelek itu seperti ghibah atau ngerumpi, yakni membicarakan keburukan-keburukan saudaranya sesama mualim dan orang yang dibicarakan itu tidak ada di hadapannya. Perbuatan ghibah itu bisa dalam bentuk perkataan, perbuatan, isyarat, ataupun sindiran.

Kemudian namimah, yaitu perbuatan seseorang yang menukil perkataan seseorang dan kemudian menyampaikannya kepada orang lain dengan tujuan mengobarkan api permusuhan di antara kedua orang tersebut.

Akhlaq tercela lainnya seperti riya’, hasad, ucapan keji, sombong, penyindir, pemalas, marah, kikir, bohong, tamak.

Mereka yang berakhlaq baik biasanya hatinya akan dicondongkan kepada ajaran agama. Mudah bagi mereka menerima nasihat, dan selalu melakukan evaluasi diri. Anak-anak yang tumbuh di tengah keluarga yang istiqamah mengerjakan perintah Allah SWT dan menghindari larangan-Nya insya Allah akan selalu dituntun-Nya dalam pendidikan dan kasih sayang-Nya.

Itulah tadi salah satu contoh kisah teladan Cara mendidik Anak Ala Rasulullah - dan jawaban Bagaimana cara Rasulullah mendidik anaknya agar menjadi baik dan benar? yang akan sangat baik bila kita mengambil nilai-nilai positif dari kisah tersebut. Semoga dapat bermanfaat positif bagi anda yang Kisah Teladan ini.


sumber:http://za-enal.blogspot.com



10 CARA MEMBUAT BALITA CERDAS 

Anak balita punya kemampuan luar biasa untuk menyerap kepandaian dan informasi baru dibandingkan anak yang berusia lebih tua. Penelitian menunjukkan, mengenalkan pada kegiatan membaca, bahasa, dan matematika sejak usia balita, akan membuat mereka lebih mudah menangkap pelajaran tersebut nantinya.
Berikut sejumlah cara yang bisa mendorong serta melatih mereka agar memiliki otak cerdas.

1. Mengajak bicara. Ceritakan tentang apa saja padanya. Yang jelas, anak jadi tahu, dia merupakan pusat perhatian Anda. Hal ini akan mendukungnya di dalam perkembangan pengetahuan bahasa dan pemikirannya.
2. Pilih buku anak-anak dengan huruf yang besar dan gambar yang jelas. Hal ini akan menolong anak mengerti apa yang mereka lihat dan juga pelan-pelan belajar membaca kata.
3. Beli kaset/VCD/DVD berbahasa asing. Akan lebih mudah untuk anak balita menangkap bahasa asing daripada di kemudian hari.
4. Beli software komputer untuk anak balita. Banyak software yang melatih kemahiran menggunakan keyboard karena sebelum berusia 2,5 tahun anak cenderung sulit menggunakan mouse.
5. Beli huruf abjad yang terbuat dari plastik dan simpan di kamar mandi. Setiap kali mandi, perkenalkan huruf baru dan lakukan berulang-ulang hingga anak hafal. Dengan cara itu, pelan-pelan anak akan mulai belajar adanya hubungan antara berbicara dan menulis di dalam bahasa.
6. Selalu lakukan pengulangan. Banyak orang tua merasa frustrasi jika anaknya berulang-ulang membaca satu halaman di buku yang sama atau menonton film/VCD yang itu-itu saja. Jangan sebal dan panik! Ini merupakan suatu bagian penting di mana anak mengenal proses informasi.
7. Beli huruf-huruf dan angka-angka yang terbuat dari magnet. Hal ini memungkinkan anak bermain sambil belajar di depan lemari es. Kenalkan kata-kata yang baru setiap minggu.
8. Bacakan satu cerita setiap hari. Baca dengan intonasi dan ekspresi seperti kita sedang bermain drama.
9. Ingat, pendidikan jasmani berhubungan langsung dengan pendidikan akademis. Penelitian menunjukkan, perkembangan otak juga berhubungan erat dengan pendidikan jasmani, seperti merangkak sebelum usia 1 tahun. Jika Anda dan si balita sering melakukan aneka kegiatan olahraga bersama, ini dapat menambah perkembangan fisik serta otak anak. Entah itu berlari-lari, naik kuda, berenang, dan lainnya.
10. Beli satu set pelajaran dan pendidikan untuk anak balita. Termasuk di dalamnya buku-buku, video, kaset, dan bagaimana caranya mengajarkannya. Baca dan belajarlah berdua anak. Membeli ensiklopedia bergambar khusus untuk anak pun tak ada salahnya.

sumber: http://gusdek.wordpress.com