Januari
10
Sebagai orang tua, tentunya kita menginginkan anak bisa tumbuh cerdas dan memiliki masa depan yang cerah.
Inilah yang
menyebabkan kita selektif memilih permainan bagi anak atau balita. Apalagi,
menurut berbagai ahli perkembangan anak, pada masa Golden Period yang
berlangsung pada usia balita, otak anak sedang berkembang dengan pesat. Jadi,
masa-masa ini adalah saat yang tepat untuk memberi stimulasi positif kepada
anak.
Apa, sih, stimulasi
otak itu?
Sebenarnya sederhana
saja bunda, stimulasi otak adalah kegiatan yang dilakukan untuk merangsang otak
anak bekerja dan berproses secara positif. Nah, karena pada masa Golden Period
kegiatan yang paling digemari anak adalah bermain, maka sudah sepatutnya kita
menstimulasi dengan rangsangan positif dari beragam permainan.
“Bermain tidak hanya
melatih perkembangan fisik, tetapi juga otak/intelektual. Stimulasi otak yang
terjadi saat anak bermain akan mengembangkan aspek-aspek kognitif seperti
kemampuan memecahkan masalah anak, kemampuan bahasa, asah logika, serta
konsep-konsep dasar
lainnya yang juga diajari di sekolah. Tidak hanya itu, permainan yang dilakukan
bersama keluarga dapat meningkatkan kepercayaan dan ikatan di antara anak dan
orangtua.” pendapat Ibu Lely Tobing, pakar PAUD dan praktisi Brain Gym.
Beliau melanjutkan,
banyak aktivitas menyenangkan yang dapat dilakukan bersama anak; mulai dari
bermain lempar tangkap bola, bersepeda disekitar rumah, menggambar bersama,
bermain sepak bola, atau bahkan berkebun bersama. Selain itu, alat permainan
pun bisa menjadi
pilihan yang baik saat santai di rumah.
“Tapi ingat! Kita
harus bisa selektif, bukan membatasi! Nah, yang saya maksud dengan selektif
adalah pemilihan jenis permainan yang menarik, namun edukatif dan dapat
merangsang perkembangan kognitifnya,” papar Ibu Lely.
Oleh karena itu, Ibu
Lely kerap mengakhiri sesi praktek Brain Integrated Gym ® pimpinannya dengan
menyarankan orang tua untuk memilih permainan yang bersifat edukatif. “Untuk
anak usia dini, akan lebih baik jika si Kecil diberikan permainan yang memang
dirancang untuk mengolah otaknya, seperti alat permainan edukatif yang tersedia
dalam berbagai macam bentuk” lanjut Ibu Lely.
Pendapat ini ternyata
didukung oleh Alvin Rosenfeld, profesor pendidikan anak Universitas Stanford.
Menurutnya, mainan yang dirancang baik dan dan sesuai untuk anak usia dini
dapat bantu kembangkan proses kognitif otaknya. Misalnya melalui permainan
mencocokkan bentuk
yang dapat melatih si kecil mengenali bentuk dan ukuran. Begitu juga bermain
balok-balok kayu untuk melatih si kecil mengkoordinasi gerak motorik dan
keseimbangannya.
Dr. Alvin Rosenfeld
lebih jauh lagi berpendapat bahwa hal serupa juga ditemui pada permainan board
games yang menantang si kecil untuk memecahkan masalah sederhana. Seperti
mencari perbedaan pada sebuah gambar, atau mencari jalan keluar dari sebuah
gambar labirin.
Melalui aktivitas-aktivitas ini, otak si Kecil pun didorong untuk mencari
solusi yang dibutuhkan. Sehingga, proses perkembangan kognitifnya pun berjalan
dengan baik!
“Pada intinya, bermain
adalah stimulasi yang baik bagi perkembangan anak. Sebaiknya, balita dapat diajak bermain sejak dini karena setiap
tahapan perkembangan akan mempengaruhi sebaik apa pertumbuhannya. Selain bantu
optimalkan proses kognitifnya, bermain dapat membuat anak lebih mandiri dan
gembira dengan dirinya”, tutup Ibu Lely.
Untuk informasi lebih
lanjut mengenai permainan olah otak untuk anak, yuk lihat info lengkapnya
disini. (WEBTORIAL)